Just A review From me: [MOVIE] Budi Pekerti Review

Wednesday, May 15, 2024

[MOVIE] Budi Pekerti Review

Before Prolog 

  Sekedar pengingat jika “Tindakan kecil di tempat dan waktu yang salah = neraka (jika ada campur tangan netizen)”

 

sumber : imdb

Prolog


  Sebenarnya dunia perfilman Indonesia tidak selalu didominasi genre horor, hanya saja genre lainnya selalu kalah saing dan tidak memberikan profit yang mencukupi sehingga tidak sampai 1 minggu sudah “turun layar” (yang 1 hari langsung turun layar juga ada kok XD).


 

  Solusi untuk film-film ini adalah dirilis di tempat lain yaitu platform streaming atau festival film. Saya sendiri cenderung menjauhi film-film festival karena beberapa hal :

 

- umumnya amat sangat elite (baca : butuh pemahaman tinggi) dan penuh simbolisme

 

- bisa memasukkan unsur nyeleneh seperti LGHDTV

 

- harus punya koneksi atau uang lebih untuk bisa memasuki festival film (yang jelas harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan bioskop XD)

 

  Film “Budi Pekerti” atau Andragogy ini awalnya muncul di beberapa festival film sebelum tayang “sebentar” di bioskop karena jumlah penonton yang cukup kecil. Padahal film ini tergolong dahsyat karena secara berani memakai 2 tema yang sangat relatable di kehidupan jaman now yaitu :

 

- hidup di era Informasi overload yang amat sangat mudah dimanipulasi

 

- profesi Guru yang “sejatinya” (baca : tidak bagi beberapa orang XD) adalah “pahlawan tanpa tanda jasa” tapi membuat kita semua lupa jika pada dasarnya mereka tetap “manusia biasa”

 

  Dengan 2 tema diatas, tidak heran jika banyak yang “tertampar” karena film ini (apakah anda termasuk XD ???).

 

  Saya sendiri sebenarnya menonton film ini langsung di bioskop pada hari pertama tapi review-nya saya tunda karena ingin membongkar identitas satu karakter yang ujung-ujungnya membuat saya…

 

sumber : tenor

 

Melihat Dari Sisi Lain


sumber : trax fm

 

  Pada djaman doeloee….

 

  Ada pelajaran PPKN (sudah lupa kepanjangannya + namanya sudah berubah XD) yang umumnya mengajari berbagai sifat terpuji (contoh : jujur) yang konon akan berguna bagi kehidupan di masa depan sebelum ke sananya mempelajari berbagai hukum negara yang sulit sekali masuk di kepala karena terlalu banyak loophole -_-.

 

  Apakah pelajaran tentang sifat-sifat terpuji ini berguna di kehidupan nyata ??? ya tergantung di mana posisi kamu dalam kehidupan saat ini, mencoba jujur di saat orang lain berlomba-lomba “menjilat” itu amat sangat tidak asyik loh!!!

 

  Ngomong-ngomong soal PPKN, ada sebuah contoh cerita yang masih menempel di kepala saya dan 100000% tidak akan berguna untuk anak-anak di jaman now, ceritanya kira-kira seperti ini :

 

- Badu (murid nyebelin tapi kaya + goodloking) membeli tas baru dan memamerkannya di seisi kelas

 

- murid-murid lain memujinya meskipun tahu harganya mahal (menurut pandangan orang-orang jaman itu XD)

 

- si Budi tiba-tiba muncul dan berkata “wah kira-kira saya bisa punya tas seperti itu tidak ???”

 

- Badu pun menjawab “YNTKTS Ya Jelas Gak Bisa Lah!!! Elo kan miskin”

 

- murid-murid lain membela budi dan merekapun hidup bahagia sampai mid life crisis menimpa mereka XD

 

  Ok sekarang coba cerita yang sama terjadi di jaman now, entah kenapa saya hanya bisa menjawab “minimal budi kena mental, paling parah dia mencoba bun***” karena beginilah kondisi mental anak-anak jaman now yang kehidupannya amat sangat mudah dipengaruhi oleh para *PIPPP.


Overview


 

 

  Ibu Prani adalah Guru BP yang terkenal dengan metode “Refleksi” yang sukses membuat berbagai murid bermasalah kembali ke jalan yang benar. Ibu Prani juga digambarkan sebagai sosok guru yang “ideal” dari segi sifat (karena sesungguhnya goodloking itu hanyalah mitos belaka XD). Oh iya hampir lupa film ini bersetting ketika Covid-19 masih terjadi sehingga berpotensi membuat beberapa penonton menjadi “trauma”.

 

  Suatu hari, Ibu Prani yang sedang mengantri untuk membeli kue Putu melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah fenomena yang disebut “nitip antrian”, hal ini membuatnya ingin menasehati orang-orang yang melakukan tindakan ini.

 

  Tapi yang terjadi selanjutnya adalah kehidupan Ibu Prani sekeluarga mulai hancur sedikit demi-sedikit. Ini semua terjadi karena ada yang merekam aksi Ibu Prani lalu “menggorengnya” sehingga dirinya dijuluki “Karen dari Indonesia”. Apakah Ibu Prani mampu melewati semua ini ???

 

  Eits tunggu dulu, Ibu Prani itu tidak seperti orang tua yang sering kalian anggap “boomer *PIPPP” loh, dia melek teknologi dan mencoba berbagai hal untuk mengembalikan nama baiknya (seperti bikin video klarifikasi contohnya).

 

  Tapi karena ini film gambaran kehidupan di era informasi overload, pada akhirnya yang menjadi pemenang adalah…

 

  Cukup sulit mencari kekurangan film ini (tapi boong XD) karena semua tampil begitu apa adanya dan terlihat cukup akurat dengan kehidupan nyata dimana cancel culture menjadi ancaman menakutkan untuk beberapa orang / profesi. Intinya film ini “cukup” berhasil membuat penontonnya melakukan “refleksi”.

 

  Untuk kritik utama saya memiliki 2 + 1 yaitu :

 

(SPOILER) endingnya yang bagi saya menyebalkan tapi bukan karena simbolisme tapi eksekusi adegannya yang terlalu beresiko jika melihat tema yang dibawa film ini. Adegan terakhir film ini adalah keluarga Ibu Prani pergi dan berhenti di tengah jalan lalu anak ibu Prani membeli bakso dan menyuapi anggota keluarganya satu per satu. Terdengar wholesome bukan ??? sayangnya mobil mereka literally berhenti di tengah-tengah jalan dan terlihat tidak ada lampu merah di depannya + ada berbagai kendaraan di belakangnya.

 

Well, mengingat tema yang dibawa film ini, hanya butuh satu orang ini untuk membuat kehidupan Ibu Prani menjadi lebih…

 

sumber : twitter

 

  Kritik utama kedua adalah betapa “kosongnya” dukungan dari berbagai pendukung ibu Prani, ibaratnya adalah mereka siap berkorban jiwa raga tapi ketika diminta “pinjam dulu seratus” mereka langsung balik kanan dan kembali ke komunitasnya masing-masing -_-. Tapi jika dilihat sari sisi lain sebenarnya keputusan mereka ini cukup bisa diterima (baca : reputasi mereka terancam).

 

  Kritik utama terakhir adalah cerita film ini yang terlalu melebar kemana-mana dan melupakan berbagai konflik utama tapi akan saya bela karena inilah yang lazim terjadi pada sebuah “drama internet”.

 

  Seperti biasa, waktunya kritik ngaco :

 

- jika di dunia nyata mungkin nasib Ibu Prani bisa menjadi lebih “mengenaskan”, yah paling-paling 2-3 tahun lagi akan ada artikel internet dengan judul “masih ingat Ibu Prani si Karen Indonesia ???, inilah nasibnya sekarang yang (silahkan isi sendiri)”

 

- setelah melihat sikap dan tindakan guru-guru lainnya membuat saya semakin yakin jika gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” lebih baik diberikan kepada para ojol karena setidaknya komunitas mereka solid3x XD


Characters

 

Prani Siswoyo (Sha Ine Febriyanti)


sumber : magdalena

 

  Guru BP yang menjadi korban cancel culture meskipun sudah mencoba berbagai hal untuk mengembalikan nama baiknya. Ibu Prani sendiri terkenal dengan metode “refleksi” untuk membantu murid-muridnya yang bermasalah tapi beberapa metodenya akan membuat anda mengeluarkan sebuah “tanda tanya besar” dan mulai mempertanyakan arti dari profesi “guru”, beberapa “refleksi” akan penonton lihat di film ini jadi silahkan nilai sendiri apakah Ibu Prani layak naik pangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah dengan gaji *pippp juta perbulan XD

 

  Berikut adalah beberapa contoh “refleksi” yang dilakukan Ibu Prani :


sumber : netflix

 

 

Muklas “Animalia” Waseso (Angga Aldi Yunanda)


sumber : instagram

 

  Anak Ibu Prani yang menjadi content creator dengan konten berbagai metode relaksasi tubuh dengan inspirasi dari berbagai binatang, tentu saja semua kontennya disisipi oleh “pesan sponsor” XD. Dia sendiri memiliki sekitar 100 ribu subscriber.

 

  Karena sudah merasakan “uang internet” tentunya muklas akan melakukan berbagai cara untuk membantu ibunya karena reputasi dia juga ikut terancam meskipun semakin ke sini tindakannya semakin di luar nalar, salah satunya adalah dia tidak mengakui Ibu Prani sebagai ibunya!!!

 

  Mulas sendiri memiliki dialog terbaik di film ini bagi saya yang kira-kira seperti ini

 

“ini bulan yang berat bagi kita, tapi buat orang lain ini CUMA satu notifikasi”.

 

  Sontak saya langsung teringat salah satu adegan dari film jadul yang dianggap “sampah” ini.

 

sumber : EN world

 

Tita Sulastri (Prilly Latuconsina)


sumber : cnn indonesia

 

*ini aktris yang baru-baru ini terbukti menggunakan barang milik orang miskin y…

 

  Anak Ibu Prani yang sebelum Covid-19 menjadi anggota band yang isi lagunya adalah berbagai kritik kepada **pippp dan pelaku kapitalisme. Ketika Covid-19 dia beralih profesi menjadi penjual baju bekas thrifting yang dia jual dengan harga selangit. Tita sendiri memiliki berbagai kemampuan jurnalistik + video editing yang akan dia gunakan untuk membela ibunya. Tapi siapa sangka lawan yang dia hadapi ternyata…

 

 

Didit Wibowo (Dwi Sasono)


sumber : hype abis

 

  Suami Ibu Prani yang menderita bipolar karena bisnis yang dia lakukan selalu mengalami kebangkrutan. Hal ini menjadi kode jelas jika keluarga Ibu Prani saat ini sedang mengalami masalah finansial. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bisnis yang dia jalankan saat ini (penyewaan skuter elektrik), tapi karena sedang ada Covid-19 jadi ya mau gimana lagi. Setelah mendengar 2 bisnis sebelumnya saya menjadi sulit untuk bersimpati dengan karakter ini (setidaknya bukan MLM sih, tapi lebih parah -_- ).

 

  Karena penyakit kondisi mentalnya sulit diidentifikasi (baca : “On Off” seenaknya) jadi jangan heran jika dia akan menjadi fokus di pertengahan film.

 

 

Anggoro “Gora” Sambudi (Omara Esteghlal)


sumber : instagram

 

  Alumni murid Ibu Prani yang saat ini bekerja sebagai fotografer di sebuah media online “Gaung Tinta” yang kelak akan “menggoreng” Ibu Prani. Dulu dia tergolong murid bandel yang menerima “refleksi” dari Ibu Prani. Namun siapa sangka “refleksi” ini akan mengundang banyak “gorengan” (baca : masalah) lainnya di masa depan. Gora secara tidak langsung adalah saksi nyata dari kejamnya “refleksi” Ibu Prani (menurut para netizen).

 

Bapak2 Pesepeda Dengan Kaos Elang


sumber : netflix

 

  Sumber bencana bagi Ibu Prani karena aksi “nitip antrian” yang dia lakukan menjadi “bahan gorengan” oleh beberapa oknum. Dia sendiri nanti muncul dengan mengeluarkan jurus sakti yaitu “somasi” tapi setelah itu nasibnya tidak diketahui lagi.

 

  Entah disengaja atau tidak, karakter ini mengingatkan saya kepada image para pesepeda yang dulunya sempat dipuji-puji oleh netizen karena dengan berani membela hak para pengguna trotoar dari pada pemotor, bahkan netizen sempat menjuluki pesepeda ini dengan julukan Mumen Rider (Hero Rank C No 1 dalam manga One Punch Man).


sumber : fandom

 

  Tapi beberapa bulan kemudian image mereka hancur karena ulah mereka sendiri… 

 

Mas2 Jaket Ninja


sumber : netflix

 

  Pria yang dimintai tolong oleh “Bapak-bapak pesepeda dengan kaos elang” untuk melakukan tindakan “nitip antrian”. Dia sebenarnya bisa menjadi tokoh penting tapi apa daya di pertengahan film tiba-tiba akunnya “menghilang”.

 

  Inilah alasan saya menunda review film ini karena saya berpikir jika karakter ini diperankan oleh aktor Ence bagus (si pemeran Kang Asep di Serial “Teluh Darah” yang memiliki twist gila) meskipun karakter ini menggunakan masker. Tapi setelah melihat daftar pemainnya ternyata tebakan saya salah dan membuat saya kecewa.

 

 

Conclusion

 

 

  Film “Budi Pekerti” dapat menjadi “Refleksi” dari betapa hebat sekaligus mengerikannya hidup di era informasi yang begitu melimpah tapi rawan manipulasi.

 

  Ditambah dengan netizen yang berperan sebagai salesman dengan bayaran notifikasi, semakin sempurna-lah kehidupan Ibu Prani Anda di era informasi overload ini.

 

  Apakah anda siap menjadi the next “Ibu Prani” XD ???

 

My Score

 

85

 

Ah Sui

Asui

(Shu) Sui

(Shi) Siuuuuuu

No comments:

Post a Comment